Berjalan bersama Yesus Bagian 9 Anak terkasih saya, Ela


Judul Berjalan bersama Yesus
Bagian 9

Topik: Anak terkasih saya, Ela

Masih teringat waktu itu jam tiga pagi, istri saya, susy, membangunkan saya dan mengatakan kita harus ke rumah sakit karena dia merasa akan melahirkan.

Sesampai di rumah sakit, ternyata masih pembukaan satu. Lalu kami berdoa dan berharap kepada Tuhan Yesus untuk kelancaran kelahiran anak kami. Saya tidak bisa merasakan apa yang dirasakan susy, dia hanya bilang bahwa kontraksinya sangat sakit dan saya hanya bisa membantu dengan memegang tangan dan berada disamping. Melihat dari air muka susy, kontraksinya pasti sangat sakit.

Kami terus menunggu, akhirnya sekitar jam 22.45, ela lahir ke dunia ini, terima kasih Tuhan Yesus. Saya menangis pada saat melihat ela, begitu cantik, begitu mungil, begitu indahnya kasih karunia Dia.

Kami menunggu proses ke kamar rawat inap, sampai sekitar jam 3.00 pagi dini hari. Karena susy harus istirahat di ranjang, maka saya yang mengurus ela. Saya bangga bahwa saya pernah membantu mengurus adik saya, eris. Itu menjadi sebuah pengalaman.

Saat saya sakit, selang beberapa lama ela juga sakit. Dia mengalami kejang (tidak disertai panas tinggi) dikarenakan gelombang otak tidak beraturan (dicek melalui EEG), namanya spasme infatil.

Pada awalnya kami bertanya kepada Tuhan Yesus, kenapa hal ini terjadi pada kami?Saya menangis, saya sakit dan ela juga sakit. Dirasakan oleh kami ini terlalu berat.Kami mencoba untuk tegar dalam situasi ini. Walaupun masih kadang kebimbangan menghampiri kami. Susy menangis dan meminta kalau harus ada yang mati, dia berharap bukanlah dia krn siapa yang akan mengurus saya dan ela ?.

Susy dan Ela

Pada saat saya masuk ruang icu, susy harus ada di rumah sakit untuk mengambil keputusan. Jadi kesempatan pulang ke rumah hanya sedikit. Setiap kali bisa pulang, istri saya, Susy, sambil menangis, selalu mengatakan kepada ela," ela, mama akan bawa pulang papa ke rumah, ela tunggu yah". Saya menangis mendengar cerita ini dari susy. Saya juga rindu ela.

Perkataan tersebut keluar dari hati yg paling dalam dari seorang mama. Saya mulai mengerti kenapa mama memberikan pengorbanan begitu banyak untuk suami dan anak, krn mama mempunyai kasih. Saya menyarankan untuk para suami juga belajar mengeluarkan kasihnya untuk istri dan anak, tidak hanya memikirkan pekerjaan dan tidak mau memikirkan istri dan anak. Suami cape memikirkan pekerjaan dan saya perlu refreshing, istri dan anak bukan urusan suami.

Kita para suami harus belajar untuk membagi pikiran kita, untuk pekerjaan dan istri dan anak.Di dalam diri para suami juga ada kasih, hanya saja para suami gengsi untuk menujukkannya. Karena dari kecil, anak cowok dari kecil diajarkan tidak boleh menangis. Setelah dewasa, anak cowok tersebut tidak bisa mengeluarkan rasa empatinya.

Mari suami dan istri belajar terus memberikan kasih ditambah dengan kasih Kristus. Kami juga belajar terus sampai sekarang.

Akhirnya hati kami diubahkan, dengan kejadian ini. Kami diajar untuk selalu percaya bahwa rancangan damai sejahtera sudah disiapkan buat kami. Walaupun yang terlihat tidak seperti itu. Kami mau belajar, hidup dalam firman Tuhan.

Mari saya ajak kita semua percaya kepada firmannya, terimalah dengan roh, walaupun bertentangan dengan jiwa kita. Roh Kudus akan membantu kita.

Jika berkenan, minta tolong untuk dibagikan ke keluarga, saudara,teman Anda. terima kasih.

BB: 276 271 E8
Blog : artikel lainnya di 

Popular Posts