Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. (Mazmur 103:13)
Seorang ayah sayang kepada anak-anaknya, adalah hal biasa bukan? Apa anehnya? Ayah yg sayang anak ini, sangat memaklumi kondisi anaknya, kalau si anak sedang membutuhkan nasehat, ayah pasti mau mendampingi dan memberikan nasehat dan memberinya semangat, bukan memarahi atau memukulnya bukan? Demikian juga ‘gambaran’ siapa itu Tuhan.
Dia sangat mengasihi ciptaanNya. Pada ayat 8 dan 9 dikatakan, “Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam.
Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita” Allah sangat mengerti kelemahan dan keterbatasan ciptaanNya. Kalau begitu, tidak ada alasan bagi kita untuk kuatir kepadaNya bukan? Jadi kalau Tuhan Yesus mengatakan, "Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." (Mat 6:34) Tuhan mau menjaga kita dari hari ke hari, kata “Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari” menunjukkan, Ia mau memelihara seluruh proses yang akan kita jalani dalam hidup ini, sampai kematian datang. Seekor ulat yang makan daun, tampak jelek dan menjijikan. Beberapa hari kemudian ulat jelek tadi menjadi kepompong, ulatnya tetap ada, tapi badannya sekarang dibungkus sedemikian rupa hingga ulat tadi, kehilangan kebebasannya. Dan suatu saat ulat tadi ingin keluar dari kepompongnya, ia harus berjuang dengan kuat, supaya bisa lahir baru, dan begitu ia berhasil keluar dari kepompong ulat jelek tadi telah menjadi kupu-kupu dengan sayap aneka warna, dan bisa terbang menari-nari dengan indahnya.
Itulah proses yg disebut metamorphosa. Proses itu berlangsung alami, bahkan kalu kita mencoba membantu dengan merobek sedikit kepompongnya supaya prosesnya semakin mudah, malah kupu-kupu indah itu tidak akan terjadi. Kita manusia juga butuh proses metamorfosa dalam hidup kita. Justru melalui proses itu hidup kita akan berubah menjadi indah! Kesulitan bukan karena Tuhan tidak sayang kita, justru krn sayangnya kadang seperti Tuhan “membiarkan” kita mengalami proses pembentukan, supaya karakter kita naik kelas, teruji dan bertambah tangguh. Kitab Ibrani 12 berkata, Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? (Ibrani 12:5-7) Menjadi anak manja, membuat anak tidak bertumbuh normal menjadi dewasa. Apakah kita mau mempunyai iman yg abnormal, tidak dewasa, spt anak manja, tentu tidak bukan?
Jika kita merasa koq saya “dihajar” Tuhan ya? Ingat, Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.( Ibr 12:10) Justru karena kasihNya kita dididik dengan keras, disiplin yg kuat, supaya iman kita tangguh dan keluar debagai pemenang dalam menghadapi kuasa gelap yang selalu mencoba menarik kita. Jadi benar kata Yakobus, “anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun. (Yak 1:2-4).
Mari kita memuji Tuhan yang melatih iman kita melalui berbagai rintangan, supaya iman kita tumbuh memperoleh kemenangan. Paulus mengatakan, “kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan,
dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” (Rom 5:3b-5) Selamat bertumbuh dalam Tuhan, Gbu
copas
