SEPERTI JARAK BERKILO-KILO


Lukas 16:19–31
Janganlah MENAHAN kebaikan dari pada orang2 yg BERHAK menerimanya, padahal engkau MAMPU melakukannya. (Amsal 3:27)
--------------------------------------
Kath berada dekat pintu. Makanan untuk dirinya sudah ditentukan di atas piring. Ia seorang pembantu rumah tangga. Pada zaman itu orang miskin memang dibiarkan begitu saja. Sikap tidak peduli terhadap nasib atau penderitaan orang lain dianggap lumrah. Demikian tulis Max Bauer, seorang buruh tani Jerman, dalam autobiografinya.

Ketidakpedulian semacam itu juga menimpa Lazarus si miskin. Ia berbaring di dekat pintu rumah seorang yang kaya (ay. 20). Ia kelaparan &  ingin sekali menghilangkan laparnya itu dengan makanan yg jatuh dari meja si orang kaya (ay. 21). Tetapi, tidak ada sedikit pun makanan yg jatuh. Semuanya tetap berada di atas meja, jauh dari jangkauan Lazarus. 

Meskipun seorang pengemis, Lazarus tidak merintih meminta seiris roti atau setetes air. Ia pasrah mengharapkan kemurahan hati si orang kaya. Namun, si kaya rupanya tidak peduli. Jarak antara meja &  tempat Lazarus berbaring seperti berkilo-kilo meter. Dan, Lazarus menanggung sampai mati (ay. 22). Dan, jarak lalu terbentang sebagai jurang tak terseberangi antara pangkuan Abraham & tempat orang kaya itu tersiksa dalam nyala api (ay. 26). 

Bagaimanakah dengan hidup kita? Jika kita memiliki KEMAMPUAN untuk menolong & menyantuni sesama yg membutuhkan & menderita, apakah kita malah tidak peduli? Apakah kita memilih membentangkan jarak berkilo-kilo meter jauhnya? copas

Popular Posts