Terjepit antara hidup dan mati

Renungan Cermin diri (ebook)
Bacaan :
Lalu mengapa Paulus merasa terjepit antara ingin hidup dengan ingin mati? Karena baginya, tetap hidup berarti “bekerja memberi buah.” Namun apabila mati, ia tahu akan mengalami kedekatan yang istimewa dengan Kristus. Lepas dari tubuh ini berarti tinggal bersama Tuhan (2Kor. 5:6-8 BIS). Diambil dari santapan rohani

Renungan :

Suatu saat saya pernah sakit. Dalam keadaan dua minggu tidak sadar, dalam sakit yang kedua dan ketiga. Saat itu istri saya sudah pada suatu keputusan bahwa saya diserahkan kepada Tuhan Yesus. Bukan menyerah, melainkan mengijinkan kedaulatan penuh Tuhan Yesus kepada saya. tentu itu merupakan sesuatu yang sulit. Dengan biasanya keinginan seseorang sembuh untuk pasien tersebut. Sembuh secara fisik. Istri saya menyerahkan saja kepada Dia. Karena perasaan itu lebih lega daripada stress memikirkan keadaan sakit itu. Sementara waktu sakit, juga lebih baik menyerahkan juga, seperti istri saya. tentu meringankan beban pikiran saya, akan kehidupan saya. bisa kembali kerja atau mati. Kalau mati sekalipun, seperti paulus, saya mengalami kedekatan yang istimewa dengan Kristus.

Jadi sejak istri, anak, dan saya, melewati kesulitan itu, pemikiran kami berubah seratus delapan puluh derajat. Bahwa kehidupan adalah mengenai Kristus. Kami sekeluarga dalam pembangunan terus menerus, setiap harinya, dengan segala kesulitan, penyesuaian, hanya satu yang kami yakini, hidup untuk Kristus, mati adalah keuntungan (fil 1:21 Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.)

Komitmen : pelengkapi pikiran saudara dengan pikiran Kristus. Hidup untuk Kristus, mati adalah keuntungan

Langganan blog saya, terima kasih

Popular Posts