“Apakah bunda Teresa masuk surga?”
http://www.dennysiregar.com/ 2016/09/bunda-teresa-masuk-di- neraka.html?m=1 
 
Iseng dengar ceramah radio, ada pertanyaan tentang bunda Teresa. “Apakah bunda Teresa masuk surga?”
Iseng dengar ceramah radio, ada pertanyaan tentang bunda Teresa. “Apakah bunda Teresa masuk surga?”
Dan dijawablah oleh si penceramah bahwa bunda Teresa tidak mungkin masuk surga dikarenakan ia kafir.
Saya jadi teringat sekian tahun lalu, ketika awal-awal 
dalam pencarian agama. Saya mengikuti pengajian yang -maaf- sangat 
membosankan. Berasa berat mata ini mendengar ceramah tingkat dewa, 
maksudnya yang bicara itu seorang dewa karena ia selalu membahas surga 
dan neraka.
Sampai ada satu pertanyaan dari seorang jamaah, “Apakah 
bunda Teresa masuk surga atau neraka?” Ah, pertanyaan yang menarik yang 
membuat mata saya melek sebelah.
Dan jawaban yang diberikan membuat mata saya terbuka 
dua-duanya. Bunda Teresa dihakimi masuk neraka karena seberapa besarpun 
amal perbuatannya, ia tetap kafir sehingga tidak layak masuk surga.
Sontak saya mengemasi barang-barang dan berdiri, yang 
membuat semua yang hadir di sana langsung melihat ke arah saya. Si ustad
 lalu bertanya, “apa yang membuatmu buru-buru pulang?”
Dan entah keberanian dari mana saya menjawab dengan ringkas.
“Selama ini setahu saya Tuhan itu Maha Pengasih dan Maha 
Penyayang. Karena Ia Maha, maka tidak ada manusia yang sanggup mendekati
 kasih dan sayang-Nya, bahkan mendefinisikan bentuknya.
Saya selama ini selalu salah mengira bahwa Tuhan tidak 
sayang kepada saya karena banyak peristiwa buruk yang menimpa saya. 
Hingga akhirnya saya sadar bahwa semua itu sebenarnya cara Tuhan 
melindungi saya dari keburukan yang lebih besar.
Itulah bentuk kasih dan sayang Tuhan, yang baru saya 
mengerti di akhir dan saya salah pahami di awal, karena saya manusia 
yang picik..”
Sambil membereskan baju yang terlipat karena kelamaan 
duduk, saya melanjutkan, ”Setahu saya lagi, selain Maha Pengasih dan 
Maha Penyayang, Tuhan itu Maha adil. Karena ke-Maha-anNya, maka tidak 
ada manusia yang mampu menangkap detail keadilan Tuhan yang sangat 
presisi.
Semua akibat berasal dari sebuah sebab. Tidak ada akibat 
yang tidak dihukumi, semua ada hukumnya, baik itu hukum baik atau hukum 
buruk…”
Saya menuju pintu dan sambil memegang daunnya saya masih 
menyisipkan beberapa kata lagi. “Selagi kita duduk di sini, bercerita 
tentang surga dan neraka, Bunda Teresa sudah banyak membantu orang di 
sana dengan harta dan jiwanya. Dan kita di sini semua masuk surga, 
sedangkan bunda Teresa masuk neraka.
Bagaimana Tuhan bisa begitu tidak adil?
Sedangkan saya belajar agama untuk mencari keadilan dan keadilan hanya bisa saya dapat dari Sang Maha Adil.
Jadi saya minta maaf, saya harus pergi mencari Tuhan yang 
adil. Di sini Tuhannya tidak adil... Bagaimana saya bisa meminta 
keadilan kepada Tuhan yang tidak adil?”
Saya pun pergi dan tidak pernah kembali ke sana. Mungkin 
saya pun dihakimi kafir oleh mereka. Saya lebih baik duduk dan melihat 
keadilan Tuhan dalam peristiwa-peristiwa sekitar melalui secangkir kopi.
Secangkir kopi yang tidak pernah bicara surga dan neraka, ia hanya berbicara tentang kenikmatan dan fungsinya kepadanya manusia.